Membanggakan, Teater Sengsara PP. Bahrul Ulum Induk Juarai Lomba Praktikum Fiqih HUMAPON 2023
Bahrul Ulum - Teater Sengsara Pondok Pesantren Bahrul Ulum Induk, memperoleh juara 1 dalam Lomba Praktikum Fiqih Purtra antar ribath yang diadakan oleh panitia HUMAPON (Hari Ulang Tahun Madrasah dan Pondok Pesantren Bahrul Uum) tahun 2023. Lomba ini digelar di halaman yayasan ponpes Bahrul Ulum pada Sabtu (10/3/2023) dini hari.
Lomba Praktikum Fiqih ini merupakan salah satu rangkaian agenda peringatan Hari Ulang Tahun Madrasah yang ke-108 dan Pondok Pesantren Bahrul Ulum yang ke-198.
Salah satu panitia HUMAPON menjelaskan bahwa Praktikum Fiqh adalah drama santri yang di dalamnya terdapat nilai-nilai fiqih. Praktikum fiqh diikuti oleh semua ribath yang berada di dalam naungan Pondok Bahrul Ulum. Dalam perlombaan ini, delegasi tiap ribath di beri batasan waktu 15 menit untuk menampilkan drama berbalut fiqih, lalu juri akan menilai penampilan tersebut.
Setelah penilaian dari semua delegasi, diputuskan bahwa Pondok Pesantren Bahrul Ulum Induk merai juarah pertama dalam kegiatan lomba Praktium Fiqih Putra tersebut.
“Juara terbaik satu dengan nilai 554 diraih oleh nomor undian 12 (Pondok Pesantren Bahrul Ulum Induk),” Ucap Bapak M. Syihabuddin ketika membacakan putusan juri lomba tersebut.
Sedangkan Juara kedua dengan perolehan nilai 479 diraih oleh Pondok Pesantren Al-Ikhlas Bahrul Ulum dengan nomor urut 03.
Bapak Inswiardi, selaku juri lomba pratikum fiqih mengatakan ada 3 pelajaran yang dapat di ambil dari perlombaan tersebut.
Pelajaran pertama, yang menjadikan rasa salut dewan juri adalah tentang keyakinan para panitia dan peserta. Perwakilan dari LESBUMI (Lembaga Seniman Budayawan muslimin Indonesia) bercerita bahwa awalnya ada keraguan karena sebelum acara dimulai tiba-tiba hujan turun, namun dengan mantap para panitia dan peserta meyakinkan dewan juri, bahwa acara akan berjalan lancar.
“Pertama soal keyakinan, saya belajar dari keyakinan teman-teman,” ucap Bapak Inswiardi.
Acarapun berjalan dengan lancar, meski harus berakhir hingga pukul 01.00 dini hari sebab sempat terkendala hujan.
“Ini semua berkat pertolongan dari Allah,” tegas Bapak Inswiardi.
Pelajaran kedua yang bisa diambil adalah, semua kegiatan yang dilakukan para santri untuk memeriahkan humapon adalah perwujudan kebudayaan yang luar biasa.
“Sumua peristiwa yang teman-teman hadirkan dalam ulang tahun madrasah dan pondok bagi saya adalah gerakan kebudayaan yang luar biasa” tuturnya.
Sebagai budayawan, Bapak Inswirandi kemudian memberikan koreksi dan masukan agar gerakan budaya ini semakin lestari dan semakin bagus.
Pelajaran ketiga, dengan rangkaian HUMAPON inilah akar dan batang dari pohon besar Bahrul Ulum semakin menjalar dan semakin kokoh, sejalan dengan semakin besar dan rimbunnya pohon besar Bahrul Ulum.
“Ketika batangnya semakin membesar, pohonnya rimbun dan buahnya banyak, (akan menjadikan pohon besar Bahrul ulum) sangat elok,” jelasnya.
Bapak Inswiardi menjelaskan bahwa semua peristiwa yang diadakan dalam acara HUMAPON akan berpengaruh pada tiga hal yang dibaratkakan menjadi sebuah pohon yang memiliki daun, batang, dan akar. daun di sini bermakna sebagai karya-karya para alumni yang banyak, batang bermakna tentang lingkungan pondok pesantren dimana tempat ini sebagai pembentuk/pencetak para kader dimasa depan, dan akar yang bermakna bagaimana para santri menyerap nilai nilai dari seorang guru, baik berupa nilai pelajaraan dalam kegiatan belajar mengajar maupun dari semua peristiwa yang ada di lingkungan.
Ia menyimpulkan bahwa semua bagian ini saling berkaitan, jika batang sebuah pohon besar maka daun-daun juga akan ikut menjadi lebat. Oleh karena itu, jika ingin menjadikan batang ini (lingkungan Pondok Pesantren Bahrul Ulum) semakin besar, maka gunakan kekreatifan sebaik mungkin melalui wadah HUMAPON ini agar memiliki kesan berbeda dengan HUMAPON sebelumnya.
Selain itu, Bapak Inswiardi mengingatkan untuk memanfaatkan media sosial untuk lebih memperluas jangkauan dalam berkarya sekaligus publikasi dari kekreatifan para santri. Para santri tidak boleh buta terhadap tegnologi, bahkan harus bisa menguasainya untuk lebih memperluas jangkauan dakwah.
“Kita bikin konten yang menarik. Kita bikin konten-konten seperti ini, tapi yang bisa di tampilkan di media sosial dan bisa disaksikan semua orang.” Tutup Bapak Inswiardi.
Sebagai penutup, Bapak M. Syihabuddin mengingatkan mengenai fiqih yang terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Sehingga para santri harus bisa mengikuti perkembangan zaman tersebut termasuk dalam permasalahan yang di angkat dalam perlombaan praktikum fiqih seperti ini.
“Fiqih itu dinamis, artinya berubah. Akad-akad dalam islam itu akan dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Jangan hanya itu saja yang ditampilkan.” pungkas Bapak Syihab.
Oleh : Akhmad Zamzami dan M. Imam Tajudin
Editor : Muhammad Ichlasul Amal