Home Berita Batsul Masail Kisah Inspiratif Sejarah Ruang Santri Tanya Jawab Tokoh Aswaja Dunia Islam Khutbah Amalan & Doa Ubudiyah Sambutan Pengasuh Makna Lambang Sejarah Pesantren Visi & Misi Pengasuh Struktur Jadwal Kegiatan Mars Bahrul Ulum Denah Opini Pendaftaran Santri Baru Brosur Biaya Pendaftaran Pengumuman Statistik Santri Foto Video Kontak Ketentuan Pembayaran
Berita

Haul Ke-19 Almaghfurlah KH. Ahmad Nashrulloh Abdurrahim

Haul Ke-19 Almaghfurlah KH. Ahmad Nashrulloh Abdurrahim
Haul Ke-19 Almaghfurlah KH. Ahmad Nashrulloh Abdurrahim

Pada kamis (11/13/2021), keluarga besar Ponpes. As- Sa’idiyyah 1 Tambakberas Jombang menyelenggarakan acara haul Almarhum Almaghfurlah KH. Nashrulloh Abdurrahim. Selain memperingati haul beliau, acara tersebut sekaligus  memperingati 100 hari wafatnya: Nyai Hj. Zubaidah Nashrulloh, KH. Abdulloh Yazid Sulaiman, dr. H. Abdurahman, dan Hj. Roidatus Salamah.

Acara ini dihadiri beberapa tokoh diantaranya: KH. Marzuqi Mustamar (Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur), KH. Fathul Huda (Bupati Tuban), dan segenap Alumni Pondok Pesantren As- Sa’idiyyah 1. Tak lupa juga, para dzurriyyah dan segenap santriwan, santriwati Pondok As- Sa’idiyyah turut serta dalam acara tersebut.

Menurut KH. Ahmad Hasan, bahwa acara haul ini sekaligus menggabungkan 100 hari wafatnya Nyai Zubaidah, KH. Abdulloh Yazid, dr. H. Abdurrahman, dan Hj. Roidatus Salamah.

“Meskipun acara kirim do’a ini tidak pas waktunya karena adanya perbedaan waktu dan hari ketika meninggal namun substansi yang paling penting adalah terkirimnya do’a atau bacaan tahlil kepada Almarhum Almarhumah,”tutur KH. Ahmad Hasan dalam sambutannya.

Acara ini semakin istimewa dengan kehadiran Bpk. Bupati Tuban yang tiada lain merupakan Alumni (Mutakhorrijun) Pondok Pesantren As- Sa’idiyyah 1 Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Beliau diminta untuk memberi sambutan atau testimoni sebagai perwakilan dari para alumni pondok.

“Salah satu perkataan Yai Nashrulloh yang masih terngiang-ngiang dibenak saya yaitu pendidikan pesantren itu tidak ada yang bisa melawan, mengapa? Karena seorang santri itu mudah (gampang) beradaptasi dengan ilmu-ilmu non-pesantren, tapi sebaliknya non-santri sulit untuk beradaptasi dengan ilmu-ilmu pesantren, inilah keuntungan sebagai seorang santri,”ucap KH. Fathul Huda yang dulunya merupakan santri dari Almaghfurlah KH. Nashrullah.

Sementara itu, Agus H. Wafiyul Ahdi selaku Ketua Yayasan PPBU menuturkan dalam sambutannya bahwa Almaghfurlah KH. Nashrulloh ini merupakan sosok Kyai yang sering memberi ijazah kepada para santri.

“Beliaulah yang paling sering memberi ijazah kepada santri-santrinya. Dan waqiila Mbah Yai Nashrulloh ini paling banyak yang menerima ijazah langsung dari Mbah Yai Wahab Hasbullah, kami berharap ijazah-ijazah yang sudah diberikan Yai Nashrulloh kepada para santrinya, ini dikumpulkan kemudian diijazahkan kembali kepada santri-santri yang baru,”ujar Agus H. Wafiyul Ahdi.

Disamping itu, acara ini juga diisi dengan Mauidhoh Hasanah yang disampaikan oleh KH. Marzuqi Mustamar, beliau menuturkan: “Jangan pernah lupa untuk mendoakan guru, jangan pernah meninggalkan fatihah untuk guru atau kyai, serta jangan pernah lupa mendoakan orang tuan. Santri kok senantiasa mendoakan gurunya, anak senantiasa mendoakan orang tuanya, menantu senantiasa mendoakan mertunya pasti barokah hidupnya.”

“Tapi kalau sudah tidak mau mendoakan orang tua, guru-guru, dan mertua pasti tercabut keberkahan hidupnya. Jadi salah satu kiat sukses dan berkah hidupnya itu adalah mendoakan guru, orang tua, dan kaum muslimin secara umumnya,”Lanjut KH. Marzuqi Mustamar dalam Mauidhoh Hasanahnya.