Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW (Part 1)
Bercerita tentang peristiwa hijrahnya Rasulullah, tidaklah lepas dari perjalanan dakwah Rasulullah sendiri. Tentunya juga terjadi penolakan dan siksaan dari kaum Quraisy yang bertubi-tubi.
Kaum Quraisy mengganggu Nabi SAW dan mengejeknya, terutama ketika Nabi Muhammad SAW sedang sholat, akan tetapi beliau selalu mendapatkan pembelaan dari paman beliau, Abu Thalib. Rasulullah SAW menghadapi kaum Quraisy dengan tenang dan lemah lembut. Melihat dukungan dan pembelaan pada Nabi SAW yang kuat, kaum Quraisy mulai mengganggu para sahabat.
Kemudian, Rasulullah mengutus beberapa sahabat unuk berhijrah ke Habasyah, Ethiopia. Berhijrahlah 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, diantara mereka adalah: Ustman bin Affan RA dan istrinya Ruqayah binti Rasulullah SAW. Mereka kembali setelah tiga bulan karena penderitaan pengasingan dan sedikitnya jumlah mereka.
Setelah Nabi SAW masuk ke Syi’ib, Makkah pada tahun ke-7 kenabian, beliau perintahkan orang Islam berhijrah untuk ke dua kalinya ke Habasyah dengan jumlah 73 laki – laki dan 11 perempuan. Kemudian mereka disusul oleh orang Islam dari Yaman.
Pada tahun ke-10 kenabian, istri beliau (Sayyidah Khadijah) meninggal dunia. Dalam tahun itu juga wafat paman beliau Abu Thalib yang merupakan orang yang paling setia dalam membela Nabi SAW, tetapi ia tidak mengikrarkan Islam karena takut celaan kaumnya. Gangguan kaum Quraisy kepada nabi kembali semakin menjadi.
Hijrahlah Beliau ke Thaif di tahun ke-10 bersama Zaid bin Haritsah. Nabi SAW menuju ke kaum Tsaqif dan meminta pertolongan dari mereka untuk melawan kaum Beliau yang sangat keterlaluan. Namun, permintaan Beliau ini ditolak mentah-mentah bahkan kasar oleh mereka, malah mereka menyuruh orang-orang dari kaumnya untuk memaki Nabi SAW, mereka lempari Nabi SAW dengan batu, sehingga mengalirlah darah Beliau dari urat kakinya.
Zaid bin Haritsah merupakan orang yang menghalangi dan melindungi Beliau dari lemparan batu-batu tersebut, sehingga ada beberapa batu yang mengenainya. Ketika tidak menemui hasil yang diingikan maka Nabi SAW kembali ke Makkah, setelah kurang lebih sebulan tinggal di Thaif.
Pada tahun ke-12 kenabian, Islam mulai tersebar luas di Madinah. Pada tahun 621 M, seorang muslim Yatsrib beserta 6 orang teman yang lain sebagai utusan Kabilah Khazraj dan Aus mendatangi Nabi Muhammad SAW.
Keenam orang tersebut masuk Islam dan melakukan perjanjian di tempat yang bernama Aqabah. Isi perjanjiannya: “Kami tidak akan mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain. Kami tidak akan mencuri, berzina, dan membunuh anak-anak. Kami tidak akan saling memfitnah dan kami tidak akan mendurhakai Nabi Muhammad SAW."
Selanjutnya, pada 622 M, tahun ke-13 kenabian, orang-orang Yatsrib datang lagi dengan maksud mengadakan perjanjian Aqabah 2 sekaligus mengundang Nabi Muhammad SAW untuk berhijrah ke Yatsrib. Perjanjian Aqabah 2, diikuti 75 orang Yastrib. Isi perjanjian sama dengan yang sebelumnya, tetapi jumlah peserta yang memeluk agama Islam semakin banyak.
Kaum kafir Quraisy mengetahui perihal tersiarnya Islam di Madinah. Mereka semakin keras menyiksa Rasulullah SAW dan para sahabat, kemudian Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat agar berhijrah ke Madinah untuk bertemu dengan saudara mereka kaum Anshor. Mereka meninggalkan Makkah dengan sembunyi-sembunyi karena takut diketahui kaum Quraisy yang bisa menghalangi mereka.
*Ditulis oleh Agus H. Zainul Arifin Malik