Amalan dan Doa Malam Nishfu Sya’ban
Oleh: Ilham Ula Aghna
Bahrul Ulum - Seluruh malam bulan sya’ban merupakan malam atau waktu yang istimewa bagi kaum muslimin terutama pada malam nisfu sya’ban. Dalam bahasa Arab, Nisfu dapat diartikan sebagai pertengahan, sedangkan Syaban yaitu bulan Syaban. Sehingga Nisfu Syaban dapat dipahami sebagai pertengahan bulan Syaban atau separuh bulan Syaban. Pada tahun ini Malam Nisfu Syaban bertepatan pada Selasa, 07 Maret 2023. Sesuai dengan ikhbar tim hisab Lajnah Falakiyyah PBNU, Nomor: 012/LF-PBNU/II/2023 tentang Awal Bulan Sya'ban 1444 H.
Lantaran pada malam tersebut banyak sekali keutamaan dan keistimewaan di dalamnya, seperti penjelasan Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki bahwa terdapat banyak kemuliaan di malam nisfu Sya’ban, diantaranya: Allah SWT akan mengampuni dosa orang yang minta ampunan pada malam itu, mengasihi orang yang minta kasih, menjawab do’a orang yang meminta, melapangkan penderitaan orang susah, dan membebaskan sekelompok orang dari neraka.
Maka dari itu, para ulama’ mengajarkan kepada kita untuk menghidupan malam nisfu sya’ban dengan 5 amalan sebagai berikut:
Pertama, memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, Laa ilaaha illaloh Muhammadur rasullah. Sebab kalimat tesebut merupakan pintu gerbang masuk agama islam, tangga menaiki keimanan, tangga hati dan ruh untuk mencapai ridha Allah Swt, bahkan termasuk kategori amal shaleh terbesar yang dapat memperbaruhi keimanan, penghapusan dosa, kunci dari pintu surga, dan juga dapat mencegah seorang hamba dari murka dan siksaan Allah Swt. Selaras dengan anjuran dari Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki :
وَيَنْبَغِيْ لِلْمُسْلِمِ أَنْ يَغْتَنِمَ الأَوْقَاتِ الْمَبَارَكَةِ وَالْأَزْمِنَةِ الْفَاضِلَةِ، وَخُصُوْصًا شَهْرُ شَعْبَانَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْهُ، بِالاِسْتِكْثَارِ فِيْهَا مِن الْاِشْتِغَالِ بِكَلِمَةِ الشَّهَادَةِ "لَا إلهَ إِلَّا الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله."
Artinya, “Seyogyanya seorang muslim mengisi waktu yang penuh berkah dan keutamaan dengan memperbanyak membaca dua kalimat syahadat, La Ilaha Illallah Muhammad Rasululullah, khususnya bulan Sya’ban dan malam pertengahannya.” [1]
Kedua, memperbanyak istighfar. Manusia yang hidup di muka bumi ini tidak akan bersih dari kesalahan dan dosa yang ia lakukan. Namun manusia yang melakukan kesalahan dan dosa, oleh Allah Swt. senantiasa membuka pintu ampunan Nya, lantaran itu, pada malam tesebut kita dianjurkan untuk meningkatkan permintaan pengampunan kepada Allah Swt. Sebab dengan kita memperbanyak istighfar dapat melebur dosa, memberikan solusi berbagai kesulitan hidup, menghilangkan keprihatinan, dan menolak kesusahan. Sebagaimana sabda Rasullah Saw.
منْ لَزِم الاسْتِغْفَار، جَعَلَ اللَّه لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مخْرجًا، ومنْ كُلِّ هَمٍّ فَرجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ (رواه أبو داود).
“Barang siapa yang istiqomah beristighafar, maka Allah Swt akan memberikan solusi baginya dari setiap keprihatinan, memberikan jalan keluar dari kesulitan hidup, dan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak diduga.”[2]
Ketiga, memperbanyak membaca shalawat kepada bagindaNabi Muhammad Saw. Karena bulan Sya’ban merupakan bulan baginda Nabi Saw, yang di sebutkan dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik radhiyallahu anhu:
رَجَبُ شَهْرُ اللهِ، وَشَعْبَانُ شَهْرِي، وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِي.
“Rajab bulan Allah Swt, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku” (HR. ad – Dailami).[3]
Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki berpendapat bahwa kemungkinan penyendaraan bulan sya’ban kepada Rasullah Saw karena di dalamnya terdapat penurunan ayat tentang perintah mendoakan rahmah ta’dhim (sholawat) dan keselamatan bagi beliau Saw.
Keempat, membaca surat yasin sebanyak 3 kali, pembacaan yang pertama dengan niat dipanjangkan uimur serta mendapatkan taufik untuk menjalakan ketaatan, yang kedua menjaga diri dari mara bahaya, penyakit – penyakit dan di lapangkan rizki, yang terakhir, untuk meraih kekayaan hati dan meninggal dengan keadaan khusnul khatimah. Tradisi ini sangatlah mashur di kalangan para masyarkat, orang yang pertama kali mentradisikan yasinan di malam Nisfu Sya’ban, Beliau adalah Syaikh Ahmad bin Ali bin Yusuf, Abu al ‘Abbas al Buni.
dalam karyanya, (343). Dalam kitab itu beliau menjelaskan:
وَأَمَّا قِرَآءَةُ سُوْرَةِ يٰسٓ لَيْلَتَهَا بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَالدُّعاَءِ الْمَشْهُورِ فَمِنْ تَرْتِيْبِ بَعْضِ أَهْلِ الصَّلَاحِ مِنْ عِنْدِ نَفْسِهِ. قِيلَ هُوَ الْبُوْنِيُّ وَلَا بَأْسَ بِمِثْلِ ذَلِكَ.
“Adapun tradisi yasinan pada malam Nisfu Sya’ban setelah Shalat Maghrib dan doanya yang masyhur, maka merupakan kreasi salah seorang ahli shalah (ulama shaleh). Ada yang menyatakan bahwa yang dimaksud adalah al-Buni. Mengamalkan tradisi seperti Yasinan Malam Nisfu Sya’ban itu tidak apa-apa (boleh)”. [4]
Kelima, memperbanyak membaca doa. Doa merupakan pintu solusi terbesar, kunci pemenuhan hajat, pengungsian bagi orang – orang yang terdesak dan peristirahatan bagi orang – orang yang sedang mempunyai hajat. Karena disebutkan dalam Al qur’an, Allah Swt memerintahkan kepada hambanya untuk selalu minta kepadaNya, maka Allah Swt akan mengabulkan segala permintaannya, ayat tersebut berbunyi :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ.
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu." - Q.S. Al-Mu'min [40] : 60
Adapun doa yang popular yang dibaca di masyarakat adalah sebagi berikut :
اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ يَا ذَا الْطَوْلِ وَالْإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الْخَائِفِيْنَ، اَللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقَاوَتِيْ وَحِرْمَانِيْ وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ "يَمْحُوْ اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ" وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Artimya: Wahai Tuhanku yang maha pemberi, Engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufik untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad saw dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah swt.
Anjuran untuk menghidupkan malam nisfu sya’ban bagi kaum muslimin, hendaknya benar – benar berupaya untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt, bergegas dan berlomba lomba dalam melaksanakan berbabagai ritual ibadah dan melakukan beberapa kebaikan, kebijakan dan aktifitas yang di nilai baik oleh agama.
Baca juga : Nama Lain Malam Nisfu Sya'ban
Wallahualam bish-shawab
[1] Al-Lajnah ad-Daimah, Fatawa al-Lajnah ad-Daimah lil buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta, (Riyadh : Ar-Ri'asatu al-'Aamah lil Buhutsi al-'Ilmiyyah wal Ifta, 2010), VI/108.
[2] Ibnu Majah Abu Abdillah Muhammad Bin Yazid al-Qazwani, Sunan Ibnu Majah, (Beirut : Dar Ihya al-Kutub al-Arabi, 1431), II/1254.
[3] الفتح بن أبى الفوارس فى أماليه عن الحسن مرسلاً. [الديلمى عن أنس]
[4] Muhammad bin Darwisy bin Muhammad al Hut al Biruti asy Syafi’i (1209-1276 H/1795-1859 M), Asna al Mathalib fi ahadits Mukhtalifah al Maratib, (Bairut : Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2010), 343.