Riwayat Hidup KH Abdul Nashir Fattah
1. Kelahiran dan Masa Kecil
KH Abdul Nashir Fattah merupakan putra keenam dari sebelas bersaudara pasangan KH Abdul Fattah Hasyim dan Ibu Nyai Musyarrofah, lahir di Jombang 24 Juli 1956.
Kiai Abdul Nashir, begitulah nama sapaannya memiliki 11 saudara dan saudari yaitu : Hj. Nafisah Sahal, Churiyah (alm.), Mutmainnah Sulthon (alm.), KH Agus Chubbi Syauqi (alm.), Hj. Lilik Muhibah Masduqi, KH Abdul Nashir Fattah sendiri, KH A. Taufiqurrohman (alm.), Dra. Nyai Hj. Syafiyyah Fattah, Ning Fathimah (alm.), Ning Masnunah (alm.), dan Agus Khotim (alm.).
Kiai Abdul Nashir menghabiskan masa kecilnya di lingkungan Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakkberas, Jombang dalam asuhan ayahnya yaitu Kiai Fattah Hasyim dengan pendidikan yang keras namun penuh kasih sayang.
2. Pendidikan
Ketika masuk kelas 6 MI, berpindah sekolah dan menetapkan diri untuk mondok di Pondok Maslakul Huda PMH Putra, Kajen yang saat itu diasuh oleh Kiai Sahal Mahfudz yang digambarkan Kiai Abdul Nashir sebagai Syaikhul Thahir Baginya.
Kitab yang pernah Ia kaji di Kajen antara lain, Fathul Qarib, Matan Al-Ajrumiyyah, Asmawi, Jami’ al-Jawami’ dan Jawahir al- Bukhari. Selain Kiai Sahal Mahfudz, Kiai Abdul Nashir muda juga sempat menimba ilmu di Kajen ke beberapa Kiai, diantaranya : Kiai Muhammadun bin Abdul Hadi, Kiai Ma’mur Muzayyin, Kiai Rifa’i Nasuhah, Kiai Muzayyin Haramain, Kiai Nafi’ Bin Abdullah dan masih banyak lagi. Selain mondok Kiai Nashir muda menjalani pendidikan formalnya di Madrasah Matholi’ul Falah.
Setelah menempuh pendidikan selama 6 tahun di Kajen mulai tahun 1972 sampai tahun 1978, Kiai Abdul Nashir sempat mengajar di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas asuhan ayahnya dan mengajar di MI Bahrul Ulum, Namun kemudian pamit melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Pondok Al-Anwar, Sarang asuhan Kiai Maimun Zubair selama 2,5 tahun (1980-1982). Disamping berguru kepada Kiai Maimun Zubair, pada saat liburan beliau juga ngaji ke Kiai Humaidi Naru’an selama kurang lebih 2 tahun (1980-1982) dan dalam waktu setahun dengan cara muthola’ah terus-menerus, beliau sudah bisa membaca Kitab Fathul Mu’in.
Setelah menimba ilmu selama 2, 5 tahun di Sarang, Kira-kira tahun 1982 hingga 1985, KH Abdul Nashir Fattah berkesempatan belajar ke Makkah di bawah asuhan Sayyid Ismail Zain al-Yamani, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, Syeikh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-Fadani, Syaikh Husman Zain, Syaikh Abdullah al-Asji (pengarang kitab Ihdoul Qowaid), Syaikh Abdullah al-Makki al-Pakistani, Syaikh Ahmad al-Barzi dan masih banyak lagi.
Jika dikalkulasikan, masa pengembaraan ilmu yang ditempuh KH Abdul Nashir Fattah adalah sekitar 12 tahun.
3. Memajukan Pendidikan di Ponpes Bahrul Ulum Tambakberas
Kiai Abdul Nashir pulang dari makah pada tahun 1985, pada usia 29 tahun dan langsung mengajar di MI Tambakberas 1985-1986. Kiai Abdul Nashir juga mengajar di MI Tambakberas selama satu tahun sebelum pindah mengajar di Madrasah Mualimin Mualimat (MMA) Tambakberas tahun 1986 hingga wafat.
Di MMA, Kiai Abdul Nashir pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah dari tahun 1992 sampai 2010. Pada tahun 2011hingga wafatnya tahun 2022 diangkat menjadi Kepala Sekolah menggantikan KH M Sulthon Abdul Hadi.
Hingga wafatnya (2022) Kiai Abdul Nashir juga menjabat sebagai pengasuh pondok pesantren Bahrul Ulum Putra.
4. Kehidupan Pernikahan
Pada tahun 1985, pada usia sekitar 29 tahun, Kiai Abdul Nashir menikah dengan santriwati lulusan Kajen bernama Ummu Salmah Husein. Setelah pernikahan mereka, Kiai Abdul Nashir memboyong istrinya ke Tambakberas untuk membangun rumah tangga di sana.
Tak banyak yang tahu, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, Kiai Abdul Nashir blusukan berdagang kain di pasar. Hal ini dilakukan selama kurang lebih 15 tahun. Bahkan sempat juga Kiai Abdul Nashir berjualan kitab untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Dari pernikahannya dengan Bu Nyai Salamah Husein, Kiai Abdul Nashir dianugerahi 4 putra dan 2 putri yaitu, M Abdullah Rif’an, Lc, Lum’atul Choirot, M Abdullah Najih (alm.), M Abdul Fattah, Arina Nur Fatimah dan M Ismail.
5. Organisasi dan Karir Sosial
KH Abdul Nashir berkhidmah sebagai Pengurus Ranting NU Jombang pada tahun 1987/1988. Kiai Abdul Nashir juga menjadi Sekretaris NU Jombang tahun 1987 pada masa kepemimpinan Kia Nadjib.
Kiai Abdul Nashir juga masih tercatat sebagai Ketua LAZISNU Ranting NU Tambakrejo Jombang sejak 1997 hingga wafatnya tahun 2022.
Di tahun 2005-2007 Kiai Abdul Nashir menjadi Pj Rais PCNU Jombang. Selanjutnya, Kiai Abdul Nashir dipercaya sebagai Rais Syuriah PCNU Jombang tahun 2005-2007, 2007-2012, 2012-2017 dan 2017-2022. Kemudian menjadi Rais Mandataris Konfercab NU Jombang tahun 2022.
Pesan yang seringkali diucapkan kepada santri adalah agar mengabdi dan menghidupi Nahdlatul ‘Ulama, tidaklah penting apapun jabatanya "Diniati khidmah kepada umat, khidmah kepada jamiyah Nahdlatul Ulama. Dengan niat tulus ini semuanya akan kembali kepada kita keberkahannya," pesan Kiai Abdul Nashir.
6. Wafat
Pada pertengahan tahun 2022 kesehatan KH Abdul Nashir Fattah mulai menurun yang menjadikan aktifitas mengajar dan mengajinya menjadi terganggu. Bebera kitab yang diajarkannya antara lain Tafsir Jalalain, Riyadh al-Shalihin, Fath al-Mu’in, Shohih Muslim, minhaj al-Qawim, Ihya’ Ulum al-Din, dan lain sebagainya, hingga harus dirawat di rumah sakit pada akhir bulan Juli 2022.
KH Abdul Nashir Fattah dikenal sebagai Kiai yang disiplin, a’lim, panutan ummat yang Faqih (ahli fiqih), zahid (ahli zuhud) dan mutamassik (berprinsip pada Al-Qur’an dan Hadits dalam setiap tindakanya) ini wafat, Ahad (28/08/2022) setelah beberapa waktu sebelumnya dirawat Di RS DR Sutomo, Surabaya, Jawa Timur, pukul 06. 20 WIB.
Makamnya terletak di komplek pemakaman sebelah selatan Madrasah Muallimin Muallimat 6 tahun (Kampus putri). Disana juga terdapat makam ayahnnya KH Fattah Hasyim dan Ibunya Nyai Musyarofah.
7. Sumber
Keterangan Ning Lum’atul Choirot putri kedua KH Abdul nashir fattah, Agus M. Ismail putra ke-enam KH Abdul nashir fattah, keterangan alumni dan santri senior, juga beberapa sumber seperti : www.pondokindukbahrululum.com, www.nu.or.id, www.laduni.id
Oleh : Muhammad Ichlasul Amal